Lebih lanjut, Yohan menuturkan BPBD DKI Jakarta telah mempersiapkan terkait potensi megatrust Selat Sunda, salah satunya dengan memasang Ina-TEWS atau Indonesia-Tsunami Early Warning System.
“Bahkan BMKG sendiri kan naruh alat di BPBD ya, Itu namanya TEWS, TEWS itu Tsunami Early Warning System. Satu paket jadinya, jadi dia itu mengcover seluruh wilayah di Indonesia dan itu setiap ada gempa, itu pasti akan notifikasi, akan bunyi gitu,” kata Yohan.
“Sementara ini kita fokuskan ke wilayah Pulau Jawa khususnya yang berefek langsung sama Jakarta. Termasuk tadi yang potensi megatrust. Kita pantau terus, kita koordinasi terus sama BMKG apa dan gimananya,” imbuhnya.
Sebelumnya, Badan Metereorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memperingatkan gempa megathrust dari dua zona, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut yang tinggal menunggu waktu.
Alasannya, dua zona itu sudah lama tak mengalami gempa atau ada seismic gap lebih dari dua abad. Biasanya, gempa besar memiliki siklusnya sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI pada 27 Agustus lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap pihaknya sudah menambah jumlah alat pendeteksi sensor gempa untuk menghadapi ancaman gempa berkekuatan besar di zona megathrust.
Menurutnya, jumlah sensor gempa saat ini mencapai 530 unit yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah itu melonjak drastis dari yang sebelumnya hanya 176 unit sebelum tahun 2019.
(lna/isn)
[Laporan Redaksi]