Breaking News

Kisah 4 Bocah Tanpa Ibu Hidup di Gunung dan Uluran Tangan Pak Polisi

39
×

Kisah 4 Bocah Tanpa Ibu Hidup di Gunung dan Uluran Tangan Pak Polisi

Sebarkan artikel ini
Kisah 4 Bocah Tanpa Ibu Hidup di Gunung dan Uluran Tangan Pak Polisi


banner 325x300

Yogyakarta, Tribun News Indonesia — Ipda Nur Ali Suwandi, anggota Kepolisan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tergiring rasa penasaran melihat empat bocah cilik berjalan kaki di kawasan pegunungan kala ia menyambangi wilayah Kedokploso, Pengkol, Nglipar, Gunungkidul, pada suatu siang.

Batinnya bertanya-tanya, lantaran keempat bocah itu berpenampilan lusuh compang-camping bak tak terasuh. Anggota Direktorat Lalu Lintas Polda DIY tersebut menghentikan sejenak kegiatan bakti sosial yang saat itu sedang dilakukannya saat itu.

Bon Ali, sapaan akrab Ipda Nur Ali Suwandi, kemudian mencari tahu ke warga setempat soal siapa dan di mana empat anak berpenampilan lusuh itu tinggal. Menurutnya anak-anak itu tinggal di atas gunung, dan ia pun menyusul mereka. Dia mengatakan jalur yang dilewati terjal, hingga sulit dilewati kendaraan roda dua.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tapi, anak empat itu lincah-lincah naik-turun gunungnya,” kata Bon Ali saat dihubungi, Senin (30/12).

Di atas gunung itu, Bon Ali mengatakan ada dua rumah yang salah satunya adalah kediaman empat anak tadi.

Dia menggambarkan suasananya sangat sepi, karena memang pemukiman warga lain ada di bawah. Bon Ali lantas berkenalan dengan empat bocah yang ternyata merupakan kakak beradik. Berdasarkan cerita dari warga setempat, Bon Ali mengatakan bocah-bocah tersebut  sudah lima tahun terakhir tinggal tanpa ibu kandungnya.

Anak paling besar usia kelas V Sekolah Dasar (SD), sementara dua adiknya masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK), dan si bungsu baru beberapa bulan lulus dari usia balita.

“Mereka ditinggal pergi tanpa pamit sama ibu kandungnya, kalau bapaknya kerja tapi serabutan. Terus terang ekonominya kurang, malah kadang belum tentu ada kerjaan,” tutur Bon Ali.

Bon Ali mengatakan momen awal pertemuan dengan empat bocah awal tahun 2024 lalu masih Bon Ali ingat jelas. Dia mengenang, kala itu keempatnya bukan cuma lusuh, tapi secara fisik memprihatinkan dan menunjukkan tanda-tanda kebutuhan gizi kurang tercukupi.

Benar saja, kata Bon Ali, buat sekadar makan sehari-hari keempat bocah seringkali harus mengandalkan kebaikan hati para tetangga. Juga ‘simbah’ mereka di pemukiman bawah gunung. Sang ayah padahal kerja siang malam sampai tiada waktu mengurus buah hati, tapi tetap saja penghasilannya kurang.

“Wah kasihan sekali (kondisi fisiknya). Dulu enggak kopen (terurus), juga dapat info jarang mandi. Saya pas ke sana mendekati anak ini, maaf, bajunya aromanya pesing, mungkin ngompol nggak dibersihin. Tidak terawat sama sekali kalau di rumah, mau makan, sekolah, mandi, kocar-kacir lah,” ucapnya.

Sampai akhirnya Bon Ali atas masukan warga, menawarkan kepada sang ayah untuk membawa empat bocah dan mengasuhnya di Yayasan Yatim Piatu Rumah Singgah Bumi Damai yang ia kelola di Kotagede, Kota Yogyakarta.

error: Content is protected !!