Tribunnews.Press-Raja Ampat–Pelaku operator senso, Max Morin siap polisikan oknum pelaku- pelaku pengeroyokan terhadap dirinya di kampung Wejim Timur termasuk indikator yang mengakibatkan pemicu penganiayaan.
Melalui keterangannya, “hal tersebut mensyaratkan buat mengadu ke ranah hukum Polres Raja Ampat”, ujar Max.
Saya salah satu tokoh warga masyarakat Wejim Timur menduduki tempat tersebut.
Dijelaskan lagi, “hal yang membuat semua terjadi begini, karena persoalan pergantian kepala kampung oleh kelompok yang merasa benar di tempat tersebut”.
Disaat itu mereka buat rapat di kampung membahas ADD,DDS serta BLT, nah, saat itu mereka berikan kesempatan bagi masyarakat,melalui sejumlah perangkat Baru yang pimpin rapat, yaitu PLT, Sekretaris.
Kesempatan itu saya ijin untuk berbicara sekaligus pertanyakan anggaran itu , bahwa anggaran itu harus utuh itu bagi masyarakat, dan sekaligus pertanyakan tentang pergantian orang yang sudah cacat hukum, bolehkah bisa angkat kembali untuk menjadi pimpin dalam kampung?
” Saya tanya kalau orang yang sudah dikatakan cacat hukum lalu kembali menjalan roda pemerintahan, apakah itu tidak menyalahi aturan”?
“Namun pertanyaan tiba tiba dibantah oleh dia, dan terjadi baku adu mulut, nah disitu kelompok versi perangkat baru mereka angkat kursi dan kayu ,untuk buat pukul”.
“Saya menduga mereka sudah membuat perencanaan rapat kemarin dari perangkat desa Baru”.
“Hari itu, kalau tidak ada yang bantu tahan saya akan terjatuh, kemudian ditambah lagi mereka pukul saya dengan kayu ,karena banyak orang memang tidak berdaya lagi”.